Senin, 17 Desember 2012

Riwayat Aceng Fikri

H. Aceng H.M. Fikri, S.Ag (lahir di GarutJawa Barat6 September 1972; umur 40 tahun) atau yang lebih dikenal dengan Aceng Fikri adalah Bupati Kabupaten Garut yang menjabat sejak 2009.





Menjadi bupati Garut





Dia terpilih menjadi Bupati Garut setelah memenangi Pilkada Garut 2008 dalam dua putaran sebagai calon independen bersama Diky Candra, mengungguli kandidat dari PDIP-Partai Golkar dengan mengumpulkan 57 persen suara.
Pada September 2011, Wakilnya Diky Candra menyatakan telah menyampaikan pengunduran diri karena ketidakharmonisan hubungan dengannya. Sebelum Pilkada, Diky dan Aceng berjanji untuk tidak membawa politik dalam jabatan pemerintahan mereka, dan Diky menilai Aceng Fikri telah mengkhianatinya dengan masuk ke Partai Golkar dan menjabat sebagai wakil ketua DPD Jabar dari partai tersebut.
Terkait kontroversi sang bupati pada Desember 2012, partai Golkar menyatakan bahwa Aceng sudah dipecat dari kepengurusan Golkar, walaupun informasi ini masih simpang siur. Menurut Ketua DPD Partai Golongan Karya (Golkar) Jawa Barat, Irianto MS. Syarifudin, Aceng dipecat sejak kasus pemukulan terhadap ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Banjarwangi, Garut pada saat Musdalub di Garut, 24 Februari 2012, lalu. Lantaran itu, Aceng yang dipercaya mengawal Musdalub Golkar Garut akhirnya dipecat DPD Golkar Jabar.

Dugaan korupsi

Penggiat antikorupsi dari Garut Governance Watch menuding Bupati Aceng H.M Fikri terlibat dalam tujuh kasus korupsi di daerahnya. Dana yang diduga diselewengkan adalah anggaran makan-minum pemerintah Garut, pengadaan obat rumah sakit Garut, pengadaan alat tulis kantor, pembayaran honorarium pegawai dinas kesehatan, bantuan sosial, pertanggungjawaban keuangan Garut, serta pengadaan posyandu di desa. Di luar proyek pengadaan posyandu, enam kasus lain diduga merugikan keuangan negara Rp 7 miliar.

Skandal mobil dinas


Pada 11 Juni 2011, seorang perempuan bernama Puti Harissa Pratidhina, terlibat kecelakaan tabrakan beruntun melibatkan tiga kendaraan roda empat. Kecelakaan tersebut diduga karena Puti sedang mabuk. Yang menarik adalah kendaraan yang dikemudikan oleh Puti adalah mobil dinas milik Bupati Garut, yang adalah milik negara/rakyat. Hingga kini belum diketahui hubungan antara Bupati Aceng dengan perempuan tersebut.

Akhir pemerintahan



Skandal nikah kilat

Pada 14 Juli 2012, dia menikah lagi secara siri dengan seorang gadis berusia 18 tahun dengan mengaku sebagai duda. Gadis bernama Fani Oktora itu kemudian diceraikan empat hari kemudian, alasannya karena sang gadis disinyalir tidak perawan lagi setelah malam pertama mereka. Sang istri siri itu diceraikan Aceng hanya melalui pesan singkat. Setelah perceraian itu, Aceng sempat mengirim pesan singkat kepada Fani: "Hai perempuan jahat, aq minta sgla pemberian aq dikembalikan".
Sang bupati sendiri menampik bahwa hubungannya dengan Fani adalah pernikahan. Menurutnya, yang terjadi adalah sebuah hubungan emosional atau perikatan dengan komitmen yang disepakati kedua belah pihak. Dia menganggap bahwa masalah ini hanyalah politisasi dari lawan politiknya menjelang pilkada untuk menjegal dirinya.
Pernyataan-pernyataan kontroversi sang bupati terkait pernikahan kilatnya:
  1. "Uji petik dong. Biar saya bisa melihat physicallynya seperti apa." 
  2. "Saya sudah keluar uang hampir habis Rp 250 juta, hanya nidurin satu malam. Nidurin artis saja tidak harga segitu."
  3. "Karena nikah itu kan perdata, perikatan, akad. Jadi kalau dianalogikan, tidak ada bedanya nikah dengan jual beli, kalau tidak sesuai speknya, ya tidak apa-apa dikembalikan."
  4. "Sumpah demi Allah, demi Rasulullah. Saya kan duda, pernah punya istri."  (Sang bupati belum bercerai dengan istrinya)
  5. "Terlepas yang namanya perawan itu dipakai lalu berdarah. Tapi ini, dari ekspresi dia (Fani) seperti orang yang sudah terbiasa,"
  6. “Saya heran, kenapa peristiwa (kasus nikah kilat) mencuat saat ini yang kebetulan menjelang Pilkada 2013." 
  7. "Sahabat Rasul juga ada yang ceraikan bininya dlm sehari, gara2 betisnya cacad, itu adalah hadits."
  8. "Perceraian ini adalah suatu takdir, perjalanan pernikahan mau lima hari, tiga hari, bahkan satu hari pun tidak masalah kalau pihak laki-laki merasa tidak cocok."
Belum selesai soal persoalan nikah siri kilat 4 hari dengan Fani Oktora, sang bupati kembali tersandung kasus pernikahan singkat. Kali ini, seorang wanita di Karawang, Jawa Barat, bernama Shinta Larasati mengaku dinikahi Aceng dengan usia pernikahan 2 bulan saja.Tapi cinta Aceng tak lama. Dia akhirnya memberikan surat talak atau cerai pada Shinta bulan Juni 2011 lalu. Lewat pesan blackberry messenger, talak itu dilayangkan. Tak jauh berbeda dengan Aceng yang menceraikan FO di Garut lewat SMS dengan alasan tidak perawan lagi. Namun, menurut sang bupati, isu menikah dengan Shinta, gadis Karawang hanyalah sebatas black campaign karena tidak lama lagi Garut akan menggelar Pilkada.
Pada tanggal 3 Desember 2012, Bupati Garut Aceng HM Fikri sepakat berdamai dengan Fani Oktora.

Selasa, 11 Desember 2012

Teori – teori Dalam Komunikasi Massa


The bullet theory of communication ( teori peluru )
Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai effek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle thory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”.
Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Tetapi pada tahun 1970 an Scrhamm meminta pada khalayak peminatnya agar teori peluru komunikasi itu tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif.
Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya tersebut didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab. Kadang – kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak.
Sementara itu Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif,mereka bandel (stubborn).Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu melakukan interpretasi sesuai dengan predisposisi dan kebutuhannya.

Teori Komunikasi Pada Tahap Selanjutnya

1. Four Theory of The Press ( Empat Teori Pers )
Tiga orang cendekiawan Amerika, masing – masing Fred S. Siebert, Theodore Peterson, dan Wilbur Schramm pada tahun 1956 menerbitkan sebuah buku dengan judul “Four Theory of The Press”. Yang pada mulanya hanya sebagai teori pers akan tetapi seiring perkembangan jaman maka dapat disebut juga sebagai teori media massa.
Empat teori pers ini, yaitu :
• Authoritarian theory ( teori otoriter )
Aplikasi teori ini dimulai pada abad 16 di Inggris, Prancis, dan Spanyol yang pada zaman berikutnya meluas ke Rusia, Jerman, Jepang, dan negara – negara lain di Asia dan Amerika Latin.
Menurut Fred S. Siebert teori otoriter menyatakan bahwa hubungan media massa dengan masyarakat ditentukan oleh asumsi – asumsi filsafat yang mendasar tentang manusia dan Negara. Dalam hal ini tercakup : (1) sifat manusia, (2) sifat masyarakat, (3) hubungan antara manusia dengan Negara, dan (4) masalah filsafat yang mendasar, sifatpengetahuan dan sifat kebenaran.
• Libertarian Theory ( teori libertarian )
Seperti halnya teori otoriter, teori liberal juga dikemukakan oleh Fred S. Siebert. Ditegaskan olehnya bahwa untuk memahami prinsip – prinsip pers dibawah pemerintahan demokratik, seseorang harus memahamj filsafat dasar dari liberalisme yang dikembangkan pada abad 17 dan 18.
Manusia menurut faham liberalisme adalah hewan berbudi pekerti dan merupakan tujuan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan dan kesejahteraan seseorang adalah tujuan masyarakat, dan manusia sebagai organisme berpikir mampu mengorganisasikan dunia sekelilingnya dan mampu membuat keputusan – keputusan untuk memajukan kepentingannya.
• Soviet Communist Theory ( teori komunis soviet )
Schramm berpendapat bahwa pengawasan terhadap media massa harus berpijak pada mereka yang memiliki fasilitas, sarana percetakan, stasiun siaran, dan lain – lain. Selama kelas kapitalis mengawasi fasilitas fisik ini, kelas buruh tidak akan mempunyai akses pada saluran – saluran komunikasi. Kelas buruh harus mempunyai sarana komunikasi sendiri.
• Sosial Responsibility Theory ( teori tanggung jawab social )
Dasar pemikiran utama dalam teori ini adalah bahwa kebebasan dan kewajiban berlangsung secara beriringan, dan pers yang menikmati kedudukan dalam pemerintahan yang demokratis, berkewajiban untuk bertanggung jawab kepada masyarakat dalam melaksanakan fungsi – fungsi tertentu yang hakiki.


2. Individual Differences Theory ( teori perbedaan individual )
Nama teori yang diketengahkan oleh Melvin D. Defleur ini menelaah perbedaan – perbedaan di antara individu – individu sebagai sasaran media massa ketika mereka diterpa sehingga menimbulkan effek tertentu.
Menurut teori ini individu – individu sebagai anggota khalayak sasaran media massa secara selektif, menaruh perhatian kepada pesan – pesan terutama pada kepentingannya, konsisten terhadap sikap – sikapnya, sesuai dengan kepercayaannya yang didukung oleh nilai – nilainya. Tanggapannya terhadap pesan – pesan tersebut diubah oleh tatanan psikologisnya. Jadi,efek media massa pada khalayak massa itu tidak seragam, melainkan beragam disebabkan secara individual berbeda satu sama lain dalam struktur kejiwaannya.


3. Social Categories Theory ( teori kategori social )
Melvin L. DeFleur selaku pakar yang menempilkan teori ini mengatakan bahwa teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan – perkumpulan, kategori sosial pada masyarakat urban-industrial yang perikakunya ketika diterpa perangsang- perangsang tertentu hampir seragam.
Asumsi dasar dari teori kategori sosial adalah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri – ciri yang sama akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. Persamaan gaya, orientasi dan perilakuakan berkaitan pada suatu gejala seperti pada media massa dalam perilaku yang seragam.


4. Social Relationship Theory ( teori hubungan social ) 
Menurut Melvin L. DeFleur hubungan social secara informal berperan penting dalam mengubah perilaku seseorang ketika diterpa pesan komunikasi massa. Orang yang sering terlibat dalam komunikasi dengan media massa itu disebut dengan pemuka pendapatsebagai terjemahan dari opinion leader, karena segera dijumpai bahwa mereka berperan penting dalam membantu pembentukan pengumpulan suara dalam rangka pemilihan umum.mereka tidak hanya meneruskan informasi, tetapi juga interprestasi terhadap pesan komunikasi yang mereka terima.


5. Cultural Norms Theory ( teori norma budaya )
Teori norma budaya menurut Melvin DeFleur hakikatnya adalah bahwa media massa melalui penyajiannya yang selektif dan penekanan – penekanannya pada tema tertentu. Menciptakan kesan – kesan pada khalayak dimana norma – norma budaya umum mengenai topik yang diberi bobot itu, dibentuk dengan cara – cara tertentu. Oleh karena itu perilaku individual biasanya dipandu oleh norma – norma budayamengenai suatu hal tertentu, maka media komunikasi secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku.


6. Sosial Learning Theory ( teori belajar secara social )
Teori belajar secara sosial yang ditampilkan oleh Albert Bandura ini mengkaji proses – proses belajar melalui media massa sebagai tandingan terhadap proses belajar secara tradisional. Dia juga menyatakan bahwa social learning theory menganggap media massa sebagai agen sosialisasi yang utama disamping keluarga, guru, dan sahabat karib. Dalam belajar secara social langkah pertama adalah perhatian (attention) terhadap suatu peristiwa.


7. Diffusion of Innovation Model ( model difusi inovasi )
Everett M. Togers mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial. Difusi adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan – pesan sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para pelakunya menciptakan informasi dan saling pertukaran informasi tersebut untuk mencapai pengertian bersama.
Unsur – unsur utama difusi ide adalah inovasi, yang dikomunikasikan melalui saluran tertentu, dalam jangka waktu tertentu, diantara para anggota suatu sistem sosial.
Ciri – ciri inovasi menurut Rogers : 
a. relative advantage ( keuntungan relatif )
b. compatibility ( kesesuaian )
c. complexity ( kerumitan )
d. trialability ( kemungkinan dicoba )
e. observability ( kemungkinan diamati )
8. Agenda Setting Model (Model Penataan Agenda )
Agenda setting model untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E. Mc. Combs dan D.L. Shaw pada tahun 1972. kedua pakar tersebut mengatakan bahwa ” jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”.
Smentara itu Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualisasi agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda, yaitu :
1. agenda media, dimensi :
- visibility ( jumlah dan tingkat menonjolnya berita )
- audience salience ( tingkat menonjol bagi khalayak )
- valence ( cara pemberitaan berita )
2. agenda khalayak, dimensi :
- familiarity ( keakraban )
- personal salience ( penonjolan pribadi )
- favorability ( kesenangan )
3. agenda kebijaksanaan, dimensi :
- support ( dukungan )
- likelihood of action ( kemungkinan kegiatan )
- freedom of action ( kebebasan bertindak )


8. Uses And Gratifications Model ( model kegunaan dan kepuasan )
Pendekatan uses and gratifications untuk pertama kali diperkanalkan oleh Elihu Katz (1959) dalam suatu artike sebagai reaksiknya terhadap pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa penelitian komunikasi tampaknya akan mati. Katz menegaskan bahwa bidang kajian yang sedang sekarat itu adalah studi komunikasi massa sebagaipersuasi.
Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya adalah pada khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk tujuan khusus.

9. Clozentropy Theory ( teori Clozentropy )Istilah clozentropy merupakan paduan dari close procedure dari W.L Taylor dan entropy dari teori komunikasi yang disampaikan oleh Claude E. Shannon dan W. Weaver. Penelitian dengan landasan teori ini dilakukan karena ternyata disatu pihak komunikasi internasional mencakup pesan – pesan dari Negara A dalam bahasa X diterjemahkan kedalam bahasa Y ketika disampaikan ke Negara B, akan tetapi dilain pihak ada komunikasi internasional yang tidak memerlukannya.

Jumat, 30 November 2012

5w + 1h

Didalam membuat sebuah berita ada unsur-unsur yang perlu di parhatikan yaitu 5W + 1H.
Unsur ini adalah untuk mengetahui dengan tepat apa yang akan disiarkan atau disampaikan dalam bentuk berita.



baiklah kita akan bahas satu persatu dengan ringkas berikut ini :

1. W1 = What
ini adalah untuk menanyakan tentang apa yang akan kita tulis, tema apa yang akan diangkat dalam berita, atau hal apa yang akan dibahas dalam berita tersebut.

2. W2 = Who
adalah siapa tokoh yang menjadi tokoh utama di WHAT. unsur siapa selalu menarik perhatian pembaca, apalagi manusia yang menjadi objek berita itu adalah seorang yang aktif di bidangnya.
Unsur SIAPA ini harus dijelaskan dengan menunjukkan cirri-cirinya seperti nama, umur, pekerjaan, alamat serta atribut lainnya berupa gelar (bangsawan, suku, pendidikan) pangkat/jabatan.

3.  W3 = When
unsur ini adalah menanyakan kapan peristiwa itu terjadi. jadi dalam sebuah berita tentunya akan menyebutkan kapan waktu peristiwa itu terjadi. misal
“peristiwa pengeroyokan seorang mahasiswa itu terjadi pada hari kamis siang sekitar pukul 13.00 waktu setempat”

4. W4 = Where
unsur ini menanyakan lokasi kejadian peristiwa (dimana) atau tempat berlangsungnya peristiwa tersebut. contohnya
“aksi pengeroyokan tersebut berlangsung tidak jauh dari kampus korban”

5. W5 = Why
why atau kenapa peristiwa itu terjadi. ini menanyakan alasan mengapa peristiwa itu bisa terjadi. disini penulis di tuntut untuk menguraikan penyebab terjadinya peristiwa. contoh
“menurut pengakuan pelaku, korban dikeroyok karena telah menghina pelaku dengan mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan kepada pelaku”

6. H = How
pertanyaan How / bagaimana ini menggambarkan suasana dan proses peristiwa terjadi.


semua unsur diatas sangat perlu di perhatikan dalam menulis sebuah berita.
boleh dikata berita tanpa unsur diatas bagai sayur tanpa garam.

Raih 25 Medali Unsera Diposisi Ke Delapan









Lebak (25/11), Pekan Olahraga Mahasiswa Daerah ke IV berlangsung di Kabupaten Lebak. Acara yang berlangsung dari tanggal 20 sampai 25 november ini cukup meriah, dari 12 cabang olah raga (cabor) yang dipertandingkan, yakni sepak bola, futsal, renang, bola voli, atletik, bulu tangkis, bola basket, tenis meja, catur, karate, taekwondo, dan pencak silat. Unsera tercatat hanya 2 cabang yang tidak meraih medali yaitu pada cabang olahraga sepak bola dan bola voli. Dengan diraihnya 2 emas, 12 perak, dan 11 perunggu, Unsera menduduki peringkat ke-8 pada tahun ini. Secara urutan Unsera turun 1 peringkat dari acara POMDA tahun lalu yang diselenggarakan di Kabupaten Pandeglang, namun pada perolehan medali tahun ini lebih banyak. “Persiapan full-nya hanya 1 minggu artinya pada persiapan yang seperti ini Alhamdulillah kita sudah berupaya optimal dan mendapatkan urutan ke-8”, tegas Pak Suhud. “Kita akan merubah strategi di tahun mendang pada segi perorangan, sehingga peluang mendapatkan emas lebih banyak”, tambahannya.
Event yang diselenggarakan oleh  Badan Pembina Olah Raga Mahasiswa Indonesia (Bapomi) Provinsi Banten ini berlangsung setiap dua tahun sekali, yang di ikuti oleh hampir seluruh perguruan tinggi yang ada di Provinsi Banten sebagai bentuk persiapan menghadapi Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional (Pomnas), Pomnas diselenggarakan pada tahun 2013  mendatang dan  akan digelar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun ini Unsera menurunkan atlet-atletnya sebanyak 94 orang, yang diharapkan mampu menjadi perwakilan Provinsi Banten dalam event Pomnas mendatang. “Ini merupakan sebuah moment yang sangat penting dalam rangka memperlihatkan dan meningkatkan prestasi dalam bidang olahraga” terang Drs. Suryaman, M.M Drs .


Acara yang berlangsung tepat pada kegiatan Ujian Tegah Semester (UTS) ini tidak mematahkan semangat para atlet yang berjuang membawa nama baik kampus Universitas Serang Raya, terlihat pada perolehan medali tahun ini meningkat. “Ada dispensasi untuk atlet dan bisa mengikuti ujian tengah semester susulan pada hari mendatang, jadi tidak perlu khawatir”, kata Linda (Atlet taekwondo juara 2).




Adanya dispensasi untuk para atlet yang sedang bertanding untuk tidak mengikuti ujian tengah semester yang berlangsung dari tanggal 19 sampai 24 november ini diperjelas juga oleh Wakil Rektor Unsera Bpk Drs. Suryaman, M.M Drs, “Seluruh aktifitas akademik Unsera berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti program kegiatan olahraga ini, berbicara internal adanya dispensasi dari bidang terkait yang disampaikan langsung kepada dosen-dosen yang ada di unsera dan diharapkan mereka memberi kesempatan untuk melaksanakan kegiatan ujian tengah semester susulan”, ujarnya.

Berikut tabel perolehan medali dari semua cabang yang diikuti Unsera.




Emas
Perak
Perunggu
Futsal
1
-
-
Badminton
-
1
1
Tenis meja
-
-
2
Pencak silat
-
1
2
Taekwondo
-
3
2
Karate
-
2
1
Renang
-
1
2
Catur
1
1
1
Basket
-
1
-
Atletik
-
2
-
Bola voli
-
-
-
Sepak bola
-
-
-
Jumlah
2
12
11


Sabtu, 24 November 2012

Tentang Pembentukan Citra

1.PENGERTIAN

Untuk menentukan pengertian dari image building atau dalam bahasa Indonesia di sebut sebagai pembentukan citra kita terlebih dahulu menguraikan definisi dari citra (image) itu sendiri.

Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu. Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia. Pembentukan persepsi manusia menurut K. Sereno & Edward M Bodaken yang dikutip dari buku “Ilmu Komunikasi suatu pengantar”, Deddy Mulyana, terdiri dari tiga aktivitas yaitu seleksi, organisasi & intepretasi. Seleksi yang dimaksudkan adalah sensasi dan atensi terhadap stimulus (fisik & psikologis) yang ditangkap oleh indra manusia, kemudian diorganisasikan atau digabungkan dengan stimulus pengetahuan serta pengalaman masa lalu. Penggabungan itu lalu diintepretasikan maknanya.

Menurut Frank Jefkin, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamanya. Selanjutnya dalam ilmu Psikologi Komunikasi citra diartikan sebagai penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.
Dari definisi-definisi tersebut diatas maka citra itu pada intinya bisa disimpulkan:
Kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan
Citra merupakan kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu.
Citra merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia
Citra adalah pencapaian tujuan dari kegiatan PR, Citra sesuatu yang abstrak tidak dapat diukur dalam ukuran nominal, tapi dapat dirasakan, dan bisa diciptakan.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka PR sebagai devisi yang menjalankan fungsi managemen yang salah satu tugasnya adalah membentuk image/citra baik oleh khalayak eksternal maupun khalayak internal maka disini peranan PR sangat penting. Citra yang ada dalam perusahaan / lembaga / organisasi tidaklah sama maka selanjutnya bawah ini disebutkan beberapa jenis image atau citra yang bisa timbul atau tercipta dalam suatu organisasi menurut Frank Jefkins (1996:17-20), yaitu:

1.Citra Bayangan
Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang-orang dalam (biasanya pimpinan) mengenai pandangan orang luar terhadap organisasi/perusahaannya. Citra ini cenderung positif dan bersifat fantasi. Namun karena ketiadaan informasi yang lengkap, maka citra yang diperoleh itu belum tentu tepat.

2.Citra yang berlaku
Citra yang berlaku adalah citra yang melekat pada orang lain terhadap organisasi/perusahaan. Citra ini sering tidak sesuai kenyataan, karena semata terbentuk karena pengalaman atau pengetahuan orang lain yang beleum tentu memadai. Citra ini cenderung negatif.

3.Citra yang diharapkan
Adalah citra yang diinginkan oleh manajemen namun tidak selalu sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan adalah lebih baik dari citra sebenarnya.

4.Citra perusahaan
Citra perusahaan juga sering disebut sebagai citra lembaga yaitu citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya.

5.Citra majemuk
Citra majemuk adalah citra yang dibentuk oleh masing-masing orang di dalam suatu perusahaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya dan juga tidak sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.

Selanjutnya frank jefkin juga menjelaskan secara singkat citra itu bisa dikatagorikan atas:
The mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manajemen terhadap publik eksternal dalam melihat perusahaanya.
The Current image (citra masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal.
The wish image (citra yang diinginkan), yaitu manageman menginginkan pencapaian prestasi tertentu.
The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu, kantor cabang atau perwakilan perusahaan yang dapat membentuk citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh organisasi atau perusahaan.

Dari pembagian jenis citra itu maka bisa kita simpulkan bahwa citra itu dapat muncul atau diduga oleh manageman itu sendiri, dibuat oleh masyarakat, diinginkan oleh organisasi dan citra yang berlapis atau berbeda-beda.

2.PROSES PEMBENTUKAN CITRA

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengetiannya yentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon dalam Rakhmat menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif-pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori dan sikap atau aksi sosial yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pemebntukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan.

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, dalam laporan penelitian tentang tingkah laku konsumen, seperti yang dikutif Danasaputra sebagai berikut: “Publik relation digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi kognisi-motivasi-sikap.

Berdasarkan pemahaman mengenai pembentukan persepsi atau pencitraan, maka seringkali pembentukan citra lebih bersifat subyektif dan tidak sesuai dengan realitas yang ada. Oleh karena itu, banyak organisasi kemudian tidak cukup menjalankan program komunikasinya untuk pembentukan citra, melainkan lebih kepada pembentukan reputasi organisasi. Reputasi yang berasal dari kata bahasa Inggris Reputation memiliki arti nama baik. Tujuan program komunikasi PR pada akhirnya tidak hanya membangun atau menciptakan image/citra positif namun juga membangun kepercayaan terhadap public sehingga mereka percaya dengan apa yang dilakukan organisasi adalah yang terbaik dan mengharumkan namanya. Reputasi pada akhirnya dibentuk dari pembuktian yang kuat mengenai apa yang dilakukan organisasi adalah memberikan yang terbaik bagi public sasarannya.

3.CONTOH KASUS

Pada beberapa bulan yang lalu di area publik, telah ditumbuhi aneka bendera partai yang cara pemasangannya serampangan, yang penting berkibar tanpa menghiraukan estetika.

Hal ini masih diramaikan dengan berbagai spanduk dan baliho yang berisi ajakan dan tawaran untuk bergabung dan memilih, dengan kata lain proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (partai/calon) kepada orang lain (calon pemilih), yang berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benaknya untuk dipahami oleh orang lain sehingga gagasannya dimengerti dan menimbulkan tindakan-tindakan dari orang lain seperti yang diharapkan sehingga timbul saling pengertian dan kesepahaman dalam memaknai pesan untuk kemudian dapat dikerjakan secara bersama-sama (memilih dan mendukung partai/calon tertentu).

Iklan dadakan yang cenderung membohongi khalayak ramai karena pesan yang disampaikan masih perlu pembuktian ini semakin banyak kita jumpai. Pepohonan pelindung di tepi jalan pun dimanfaatkan untuk menempelkan aneka poster bergambar wajah yang sedang dijajakan. Jargon-jargon bombatis itu sifatnya normative sekali, intinya sama, yaitu meningkatkan layanan pendidikan,kesehatan dan menguragi pengangguran dengan menciptakan lapangan kerja. hanya beda redaksionalnya yang ditambahi aneka bumbu penyedap sesuai visi misi partai. Televisi pun tak luput dari iklan partai yang mencoba mengkomunikasikan programnya dengan kemasan yang atraktif. Selain media yang disebukan diatas, stiker pun menjadi sarana beriklan. Bisa dilihat di kaca angkot, bus kota, tiang listrik, tembok, halte, telpon umum dan fasilitas umum lainnya tak luput dari tempelan stiker. Sampai-sampai becak dan angkringan pun merelakan diri ditempeli aneka stiker. Mulai gambar mbah Marijan mengiklankan minuman suplemen sampai wajah-wajah para cabup, cagub, caleg pun capres yang menebar senyum penuh janji.

Semua itu adalah simbol yang ingin disampaikan kepada khalayak ramai dalam rangka membangun citra untuk memperoleh minimal 25% suara agar ‘selamat’ dalam pemilu 2009 sehingga bisa turut serta membuat kebijakan kenegaraan.