Sabtu, 02 November 2013

Kisah Sang Filsuf dan Pria Putus Asa


Seorang pria mendatangi salah seorang filsuf yang dianggap diangap banyak orang sebagai orang yang bijaksana, “Guru, saya sudah bosan hidup, saya sudah sangat jenuh dengan semua ini, rumah tangga saya berantakan. usaha saya kacau dan papun yang saya lakukan selalu berantakan, saya ingin mati saja” kata pria ini. Sang Filsuf hanya tersenyum dan berkata “Oh, kamu sakit”.   “Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan ini. Itulah sebabnya saya ingin mati” sanggah si pria.  Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya. Sang   Master meneruskan, “Kamu sakit. Dan saya menyebut penyakitmu itu dengan sebutannya, ‘Alergi Hidup’. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan”.

2rcojeo“Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma-norma kehidupan, sebenarnya Hidup ini berjalan terus, sungai kehidupan mengalir terus, tetapi kebanyakan  kita menginginkan status-quo, kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir, Itulah sebabnya kita jatuh sakit. Kita mengundang penyakit.Penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, perbedaan pendapat  itu memang wajar, lumrah tinggal bagaimana kita saja untuk dapat kompromi dengan perbedaan tersebut sehingga kebahagiaan rumah tangga tidak rusak. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang dapat langgeng, dan yang abadi dalam hidup ini? Yaaa… Kita tidak menyadari tentang sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita…dan jujur yaa…“Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia menjalankan saran-saranku”. Demikian Sang Filsuf menyarankan.
Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh”. Tidak, saya tidak ingin hidup.” pria itu menolak tawaran Sang Filsuf.
Jadi kamu tidak ingin sembuh??, Kamu betul-betul ingin mati?”  tanya Sang Filsuf..
Ya, memang saya sudah bosan hidup”, pria itu kukuh menjawab.
Baiklah, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.” Perintah Sang Filsuf tersebut.  Giliran pria tersebut bingung karena setiap orang bijak yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Sang Filsuf yang tampak GILA itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Begitu rileks, begitu santai !!!
Sekarang, Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarganya di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir ini malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya pun menjadi sangat santai sekali!
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!”
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi. Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!!
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya ?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis !!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda. Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya.
Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku kami.”   Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya ?
Ia mendatangi Sang Filsuf lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya Sang Filsuf langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kamu sudah sembuh?? Apa bila kamu hidup dalam ke-kini-an, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan ini !!!”,  dan  mulai sekarang mengapa kamu tidak begini seterusnya? Meleburkan egom, meleburkan keangkuhanmu, leburkan kesombonganmu. Terus menjadi lembut, selembut air, dan mengalir bersama sungai kehidupan. Dan saksikanlah kamu tidak akan pernah jenuh, tidak akan pernah bosan. Kamu akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Filsuf, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam ke-kini-an. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP !!!
Dan jika kau merasakan kesedihan, kekecewaan, kecemasan, kebosanan, ketidakberartian, dan keputusasaan dalam hidup, sejatinya bukanlah kehidupan yang layak kau lepas dan tinggalkan, namun kacamata jiwa yang hitam itulah yang layak kau ganti, dan jangan kaget jika kau menemukan paras kehidupan yang  ternyata begitu cantik, terang dan indahnya. Kacamata jiwa itu adalah persepsi kau akan kehidupan itu sendiri".....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar